Kamis, 03 Desember 2015

Resensi Film Miracle : Jatuh dari Surga

Resensi Film Miracle “Jatuh Dari Surga”

Detail Film Miracle :
Sutradara : Wisnu Adi
Penulis : Priesnanda Dwisatria, Rio Sutanto
Produser : Ichwan Persada
Pemain : Anneke JodiDarius Sinathrya, Naomi Ivo, Indra Birowo. Penampilan Khusus dari The Overtunes
Genre : Drama, Religi
Durasi : 119 menit
Tanggal Rilis : 03 Desember 2015
Produksi: Andalan Sinema


Sinopsis :

Film “MIRACLE : Jatuh dari Surga” (2015) menceritakan tentang pasangan suami istri yakni Andri (Darius Sinathrya) dan sang Istri Eli (Anneke Jodi). Pasangan suami istri telah dikarunia seorang putri bernama Krista (Naomi Ivo). Tanpa diduga anak mereka ternyata memiliki kemampuan spesial yakni dapat menyembuhkan orang sakit dengan hanya menyentuhnya. Hingga suatu hari sebuah kenyataan menghadirkan cobaan terberat dalam hidup mereka, dimana cobaan tersebut tidak bisa mereka selesaikan kecuali dengan keajaiban Tuhan.


Unsur Intrinsik “Miracle : Jatuh Dari Surga”
Tema :
Keluarga, Keagamaan, Toleransi
Alur :
alur dalam film ini adalah mundur. Diceritakan dalam film ini, bahwa Putri mereka yang bernama Krista ternyata adalah anak angkat dari pasangan suami istri Darius dan Anneke diberitahukan saat terakhir film.
Latar :
Waktu : pagi, siang, Sore, Fajar, dan Malam
Tempat : keseluruhan tempat di Solo, Rumah Sakit, Kantor, Hotel di Solo
 Suasana : Penuh Kehangatan, Sedih, Kekompakan, Menegangkan
Tokoh dan Watak :
Eli (Anneke Jodi)        : Penyabar dan tenang
Andri (Darius) : Kurang bijaksana sebagai Ayah
 Krista (Naomi Ivo)      :sosok anak berusia 7 tahun yang periang, kritis, mempunyai jiwa penolong
Indra Birowo : memiliki jiwa social yang tinggi, setia kawan, dan bertanggung jawab
Gaya Bahasa :
Gaya Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Solo karena sesuai dengan latar belakang tempat shooting di Solo, namun dari segi Bahasa masih terlihat kaku dan terlalu baku.

Unsur Ekstrinsik “Miracle : Jatuh Dari Surga”
Situasi dan Kondisi :
Membuat penonton menjadi lebih menghargai anugerah yang telah diberikan Tuhan, namun sebenarnya film ini merupakan film yang cukup menyedihkan tapi karena isi cerita yang dikemas kurang menarik emosi dan empati para penonton.



 Nilai – nilai dalam cerita :

a.       Nilai Budaya
Sangat kuat dengan di latar belakangi tempat di kota Solo, di sertai dengan penggunaan Bahasa Jawa dan seluruh pemain mengenakan Batik
b.      Nilai Moral
Saling menghargai umat beragama, namun sangat sedikit sekali diceritakan dalam film ini, lebih menghargai anugerah dan karunia pemberian Tuhan yaitu seorang anak.
c.       Nilai Sosial
Rasa kesetiakawanan dan rasa saling tolong menolong sangat terlihat jelas dalam film ini.


Kelebihan Film

Film ini mengajarkan arti rasa syukur atas anugerah dan karunia yang Tuhan telah berikan didalam keluarga yaitu seorang anak yang memiliki kelebihan dapat mengobati orang-orang sakit dengan sentuhan tangan saja.


                Kekurangan Film

Selain memiliki kelebihan, kekurangan dalam film ini sangat terasa pada bagian isi cerita, yaitu tidak adanya kejelasan mengapa Andri (Darius) tidak menyukai anaknya Krista, film ini merupakan film drama keluarga dan yang menjadi klimaks dalam film ini sebenarnya saat Krista diberikan Tuhan kelebihan untuk mengobati orang sakit, tapi mengapa dianggap sebagai beban dan boomerang sendiri bagi Krista hingga akhhirnya Krista menghembuskan nafas terakhir saat menolong Ibu nya yang akan melahirkan (disini tidak dijelaskan, penyebab Krista meninggal, karena setiap Krista mengobati orang sakit kesehatan Krista langsung menurun) selain isi cerita, pemilihan Bahasa yang terlalu baku jadi terlihat suasana keluarga yang kaku.
Film ini menurut saya, adalah sajian yang sesuai dalam menyambut hari raya Natal. Oleh karenanya, film drama keluarga ini juga mengedepankan ajaran saling menghargai antar umat beragama, namun tidak kuat. Indra Birowo mewakilkan sosok seorang Muslim tapi tidak terlihat jelas, salah satu contohnya dalam scene antara Andri (Darius) dan Indra Birowo sedang berbincang lalu terdengar adzan magrib, saat itu Indra izin untuk solat. Namun saat solat, Andri malah pergi begitu saja. Terlihat jelas, kurangnya menghargai. Alangkah lebih baiknya ada sedikit konflik dalam scene ini untuk menaikkan emosi penonton. Penonton dalam bioskop hanya diayun dalam durasi waktu yang lama namun tidak adanya klimaks antara isi cerita dan pesan yang disampaikan.

                     Konsep Gala Premiere
            Hari/ Tanggal :
            Kamis/ 26 November 2015
            Waktu                        :
            20.00 WIB
            Tempat                       :
            Plaza Senayan XXI Jakarta Pusat
            Dress code                  :
            Batik
            Konsep                       :
            tidak menggunakan red carpet dan hanya ada 3 standing banner dalam area bioskop. Salah satu           restoran dekat bioskop XXI digunakan untuk media dan press conference. Untuk goodie bag nya          pun hanya paper bag berisi flyer saja.
            Sponsor                      :
            film ini di sponsori oleh Batik Keris, terbukti dengan para pemain yang mengenakan Batik Keris,       adanya Outlet/toko Batik di dalam scene dan Hotel di Solo, Sony Xperia C5 didalam scene, Mobil       BMW dan Alphard, Beer, lalu ada beberapa Bank seperti BRI dan BCA.                   









Eniweh, capek uga sih ngeedit tulisan diatas supaya terlihat rapih, setelah diceplokin di blog pake rata kiri, kanan, tengah, tetep berantakan juga. Ucing uwe :( risih liatnye fuh.

Demikian informasi yang dapat saya sampaikan mengenai resensi film Miracle. Ini sebenarnya tugas dari kantor untuk buat resensi film. Karena semenjak ada project film di kantor, saya dan salah satu teman di kantor menjadi spesialisasi Gala Premiere. Nantikan resensi film lainnya yaa, dan soon produksi film dari kantor saya :D

Salam hangat selalu ~
Assalamualaikum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar